Langsung ke konten utama

Narasi dan Definisi antropologi Kupas Tajam antropologi bersama ibu Serepina Tiur Maida, S.Sos, M.Pd, M.I.Kom.

Nama: Jamaludin Hidayat
Nim: 213300040050
Fakultas Hukum
Universitas Mpu Tantular

Narasi dan Definisi antropologi

Kebudayaan
Pengertian Kebudayaan Menurut Ilmu Antropologi adalah keseluruhan Sistem gagasan, Tindakan, dan Tindakan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan manusia.
Budaya (/ ˈkʌltʃər /, dari kultura Latin yang berasal dari colere, yang berarti "mengolah,") adalah perilaku sosial dan norma-norma yang ditemukan dalam masyarakat manusia.
Budaya dianggap sebagai konsep sentral dalam antropologi, yang mencakup berbagai fenomena yang ditularkan melalui pembelajaran sosial dalam masyarakat manusia.
Beberapa aspek perilaku manusia, praktik sosial seperti budaya [klarifikasi diperlukan], bentuk ekspresif seperti seni, musik, tari, ritual, agama, dan teknologi seperti penggunaan alat, memasak, tempat tinggal, dan pakaian dikatakan universal budaya,
ditemukan di semua masyarakat manusia. Konsep budaya material meliputi ekspresi fisik budaya, seperti teknologi, arsitektur dan seni, sedangkan aspek immaterial budaya seperti prinsip organisasi sosial (termasuk praktik organisasi politik dan lembaga sosial), mitologi, filsafat, sastra (keduanya
tertulis dan lisan), dan sains merupakan warisan budaya takbenda dari masyarakat.
Dalam humaniora, satu rasa budaya sebagai atribut dari individu telah sejauh mana mereka telah mengolah tingkat kecanggihan tertentu dalam seni, sains, pendidikan, atau tata krama.
Tingkat kecanggihan budaya juga terkadang terlihat untuk membedakan peradaban dari masyarakat yang kurang kompleks. Perspektif hierarkis tentang budaya semacam itu juga ditemukan dalam perbedaan berbasis kelas antara budaya tinggi elit sosial dan budaya rendah, budaya populer, atau budaya rakyat kelas bawah, yang dibedakan oleh akses berlapis modal budaya.
Dalam bahasa sehari-hari, budaya sering digunakan untuk merujuk secara khusus pada penanda simbolik yang digunakan oleh kelompok etnis untuk membedakan diri mereka satu sama lain seperti modifikasi tubuh, pakaian atau perhiasan. Budaya massa mengacu pada bentuk-bentuk budaya konsumer yang diproduksi massal dan dimediasi massa yang muncul pada abad ke-20.
Beberapa aliran filsafat, seperti Marxisme dan teori kritis, berpendapat bahwa budaya sering digunakan secara politis sebagai alat para elit untuk memanipulasi kelas bawah dan menciptakan kesadaran palsu, dan perspektif semacam itu lazim dalam disiplin ilmu budaya.
Dalam ilmu sosial yang lebih luas, perspektif teoritis materialisme budaya menyatakan bahwa budaya simbol manusia muncul dari kondisi material kehidupan manusia, ketika manusia menciptakan kondisi untuk bertahan hidup secara fisik, dan bahwa basis budaya ditemukan dalam kecenderungan biologis yang berevolusi.
Ketika digunakan sebagai kata benda hitungan, "budaya" adalah seperangkat kebiasaan, tradisi, dan nilai-nilai masyarakat atau komunitas, seperti kelompok etnis atau bangsa. Budaya adalah seperangkat pengetahuan yang diperoleh dari waktu ke waktu.
Dalam pengertian ini, multikulturalisme menghargai koeksistensi damai dan saling menghormati antara budaya berbeda yang menghuni planet yang sama. Terkadang "budaya" juga digunakan untuk menggambarkan praktik tertentu dalam subkelompok masyarakat, subkultur (mis. "Budaya bro"), atau budaya tandingan.
Dalam antropologi budaya, ideologi dan sikap analitis dari relativisme budaya menyatakan bahwa budaya tidak dapat dengan mudah dinilai atau dievaluasi secara obyektif karena evaluasi apa pun selalu berada di dalam sistem nilai budaya tertentu.
Antropologi kebudayaan adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia yang berkaitan dengan kebudayaan dan peradaban yang dilahirkan.
Oleh karena itulah definisi antropologi budaya adalah suatu ilmu yang mempelajari segala kehidupan manusia mulai dari segi budaya, kegiatan sosial, cara berbahasa, dan lain sebagainya. Melalui pengertian tersebut, bisa dipahami bahwa antropologi budaya akan senantiasa mempelajari mengenai sifat kebudayaan dalam suatu lingkungan sosial masyarakat.
Dimana unsur kebudayaan tersebut meliputi semua hasil tingkah laku yang dilakukan manusia dan bisa dipelajari dengan baik dalam susunan kehidupan masyarakat.

Evolusi
Evolusi adalah perubahan secara perlahan-lahan dan bertahap yang berlangsung dalam waktu sangat lama. Evolusi menghasilkan perubahan bentuk menjadi lebih baik atau lebih kompleks. Evolusi dapat terjadi karena adanya variasi genetik dan seleksi alam. Variasi genetik pada dasarnya terjadi karena adanya mutasi gen, rekombinasi gen, hanyutan gen, dan aliran gen. Contoh lainnya, jerapah terlahir dengan bentuk fisik yang beragam, ada yang leher panjang, ada juga yang berleher pendek. Untuk bertahan hidup, jerapah akan memakan daun yang berada di puncak pohon.
Dalam perkembangan fase-fase di dalam antropologi. Terdapat suatu evolusi yang terjadi. Dimana evolusi merupakan teori perubahan. Antropologi yang memiliki perkembangan dari jaman ke jaman. Hingga saat ini masih memerlukan teori evolusi untuk mengkajinya.
Adapun teori evolusi yang ada terdiri dari tiga mekanisme :
seleksi alam
Seleksi terhadapanggota populasi sehingga anggota yang kuat dan sehat yang dapat bertahan hidup.(Teori Darwin :"survival of thefittest")
mutasi
adalah perubahan materi genetik (gen/kromosom) yang dapat diwariskan secara genetik pada keturunannya.
seleksi buatan
Yaitu seleksi yang dilakukan manusia. Dilakukan dalam rangka untuk memperolah keturunan yang lebih baik, misalnya pada hewan ternak dan tanaman budidaya.
Dalam fase perkembangan antropologi. Dari lahirnya antropologi hingga saat ini. Terjadi perubaha evolusi secara bertahap. Hal yang sering terjadi pada ini melalui mekanisme mutasi. Dimana kebudayaan dapat diwariskan secara materi genetik kepada keturunannya. Akan tetapi, dapat terjadi kemungkinan untuk mengalami perubahan. Perubahan makna maupun cara penggunaannya. Misalnya saja tentang budaya “Reog Ponorogo”. Jika dulu adalah sebagai penampilan kebudayaan yang sangat sakral. Akan tetapi seiring perkembangan jaman menjadi penampilan yang menghibur. Walaupun tidak mengubah hal pada ciri khas itu. Tetapi mengalami perubahan penggunaaan.
Sehingga antropologi masih memiliki ciri perubahan yang berhubungan dengan teori evolusi. Dan dapat dipastikan bahwa. Teori evolusi tidak hanya diperuntukkan pada biologis saja seperti yang diutarakan oleh Darwin. Akan tetapi bisa juga diperuntukkan oleh beberapa ilmu lain. Seperti halnya antropologi ini.
Koentjaraningrat membagi perubahan ilmu antropologi menjadi 4 fase perkembangannya.
1. Fase Pertama (Sebelum 1800)
2. Fase Kedua (Pertengahan Abad ke-19)
3. Fase Ketiga (Permulaan Abad ke-20)
4. Fase Keempat (Kira-kira 1930)
Dimana setiap fase pada tahun-tahun tertentu memiliki perubahan tersendiri.
Perubahan juga bisa terjadi pada perubahan obyek yang diteliti oleh ilmu antropologi. Misalnya saja perubahan pada kebudayaan suatu masyarakat di daerah tertentu. Contohnya dapat dilihat seperti “Reog Ponorogo” yang telah dijelaskan diatas.
Cultur area (daerah budaya)
Suatu daerah budaya merupakan, daerah geografis yang memiliki sejumlah ciri-ciri budaya, dan kompleksitas lain yang dimilikinya. Suatu daerah budaya (culture area) adalah suatu daerah geografis yang memiliki sejumlah ciri-ciri budaya dan kompleksitas lain yang dimilikinya. Menurut definisi di atas, suatu daerah kebudayaan pada mulanya berkaitan dengan pertumbuhan kebudayaan yang menyebabkan timbulnya unsur-unsur baru yang mendesak unsur-unsur lama kearah pinggir, sekeliling daerah pusat pertumbuhan tersebut.
Enkulturasi
Enkulturasi adalah proses sosial yang dilakukan oleh seorang individu dalam mempelajari dan menyesuaikan pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem sosial terkait norma, tatanan sosial, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam sifat kebudayaannya. Dari penjelasan dapat dipahami bahwa enkulturasi ini ialah proses seorang individu yang dilakukan secara terus menerus, dan kelakuannya tersebut membentuk kebiasaan dan kebudayaan yang melakat pada kehidupannya di dalam masyarakat dengan elalui proses pembalajaran serta internalisasi sehingga hal ini memiliki manfaat untuk mencegah adanya konflik sosial yang terjadi. Sebagimana juga dalam akulturasi budaya dan asimilasi.

Difusi
Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan secara meluas sehingga melewati batas tempat dimana kebudayaan ini timbul .dalam proses difusi ini erat kaitannya dengan konsep inovasi (pembaharuan).
Proses difusi terbagi dua macam, yaitu:
Difusi langsung
 jika unsur-unsur kebudayaan tersebut langsung menyebar dari suatu lingkup kebudayaan pemberi ke lingkup kebudayaan penerima.
Difusi tak langsung
terjadi apabila unsur-unsur dari kebudayaan pemberi singgah dan berkembang dulu di suatu tempat untuk kemudian baru masuk ke lingkup kebudayaan penerima.
Difusi tak langsung dapat juga menimbulkan suatu bentuk difusi berangkai, jika unsur-unsur kebudayaan yang telah diterima oleh suatu lingkup kebudayaan kemudian menyebar lagi pada lingkup-lingkup kebudayaan lainnya secara berkesinambungan.
Contoh-Contoh Difusi
Pada kalangan masyarakat Indonesia, contoh difusi yang terjadi dapat dilihat pada berbagai kata yang ada dalam Bahasa Indonesia. Tanpa kita sadari, Bahasa Indonesia sendiri merupakan contoh hasil dari proses difusi yang terjadi dalam masyarakat. Berbagai kata dalam Bahasa Indonesia merupakan hasil serapan dari bahasa asing dan bahasa-bahasa daerah, seperti Bahasa Jawa, Sunda, dan lain-lain.
Berbagai kontak budaya yang terjadi dalam masyarakat, menyebabkan terjadinya difusi dalam struktur Bahasa Indonesia. Proses difusi yang menyebabkan munculnya kosakata baru dalam Bahasa Indonesia terbagi dalam dua bahagian proses, yakni:
Difusi ekstern
yaitu penyerapan kosakata asing oleh Bahasa Indonesia yang mengubah Bahasa Indonesia ke arah yang lebih modern. Dampak dari difusi ekstern ini terlihat dari kreativitas orang-orang Indonesia, yang memadukan berbagai unsur bahasa asing sehingga menjelma menjadibentuk kata-kata baru, seperti : gerilyawan, ilmuwan, sejarawan, Pancasilais, agamis, dan lain-lain.
Difusi intern
yaitu timbulnya hubungan timbal balik antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa (seperti masuknya kata lugas, busana, pangan dll) atau dengan bahasa Sunda (kata-kata nyeri, pakan, tahap, langka) mengenai penyerapan kosakata.

Akulturasi
merupakan proses ataupun saling mempengaruhi dari satu kebudayaan asing yang berbeda sifatnya. Lambat laun unsur-unsur kebudayaan yang ada, diakomodasikan ke kebudayaan itu sendiri. Akan tetapi, masih memegang unsur kebudayaan aslinya.
Akulturasi (acculturation atau culture contact) didefinisikan sebagai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Secara singkat, pengertian akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan atau lebih sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli.
Dalam ranah penelitian tentang hal ini, terdapat lima kelompok masalah berkaitan dengan akulturasi, yaitu :
1. Masalah mengenai metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan melukiskan suatu proses akulturasi dalam suatu masyarakat;
2. Masalah yang berhubungan dengan unsur-unsur kebudayaan asing apa yang mudah diterima, dan unsur-unsur kebudayaan asing apa yang sukar diterima oleh masyarakat penerima;
3. Masalah menyangkut unsur-unsur kebudayaan apa yang mudah diganti atau diubah, dan unsur-unsur apa yang tidak mudah diganti atau diubah oleh unsur-unsur kebudayaan asing;
4. Masalah berkaitan dengan individu-individu apa yang suka dan cepat menerima, dan individu-individu apa yang sukar dan lambat menerima unsur-unsur kebudayaan asing;
5. Masalah mengenai ketegangan-ketegangan dan krisis-krisis sosial yang timbul sebagai akibat akulturasi.
Selain kelima kelompok masalah tersebut, Hal-hal yang sebaiknya diperhatikan oleh para peneliti yang akan meneliti akulturasi adalah :
1. Keadaan masyarakat penerima sebelum proses akulturasi mulai berjalan; Bahan mengenai keadaan masyarakat penerima sebenarnya merupakan bahan tentang sejarah dari masyarakat yang bersangkutan. Apabila ada sumber-sumber tertulis, maka bahan itu dapat dikumpulkan dengan menggunakan metode yang biasa dipakai oleh para ahli sejarah. Bila sumber tertulis tidak ada, peneliti harus mengumpulkan bahan tentang keadaan masyarakat penerima yang kembali sejauh mungkin dalam ruang waktu, misalnya dengan proses wawancara. Dengan demikian, seorang peneliti dapat mengetahui keadaan kebudayaan masyarakat penerima sebelum proses akulturasi mulai berjalan. Saat inilah yang disebut “titik permulaan dari proses akulturasi” atau base line of acculturation.
2. Individu-individu dari kebudayaan asing yang membawa unsur-unsur kebudayaan asing; Individu-individu ini disebut juga agents of acculturation. Pekerjaan dan latar belakang dari agents of acculturation inilah yang akan menentukan corak kebudayaan dan unsur-unsur apa saja yang akan masuk ke dalam suatu daerah. Hal ini terjadi karena dalam suatu masyarakat, apalagi jika masyarakat itu adalah masyarakat yang luas dan kompleks, warga hanya mengetahui sebagian kecil dari kebudayaannya saja, biasanya yang berkaitan dengan profesi dan latar belakang warga tersebut.
3. Saluran-saluran yang dilalui oleh unsur-unsur kebudayaan asing untuk masuk pada kebudayaan penerima; Hal ini penting untuk mengetahui gambaran yang jelas dari suatu proses akulturasi. Contohnya adalah apabila kita ingin mengetahui proses yang harus dilalui oleh kebudayaan pusat untuk masuk ke dalam kebudayaan daerah, maka saluran-salurannya adalah melalui sistem propaganda dari partai-partai politik, pendidikan sekolah, garis hirarki pegawai pemerintah, dan lain-lain.
4. Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh unsur-unsur kebudayaan asing tadi; Kadang, unsur-unsur kebudayaan asing yang diterima tiap golongan-golongan dalam masyarakat berbeda-beda. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui bagian-bagian mana dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh unsur-unsur kebudayaan asing tersebut.
5. Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing, Terbagi menjadi 2 reaksi umum, yaitu reaksi “kolot” dan reaksi “progresif”. Reaksi “kolot” adalah reaksi menolak unsur-unsur kebudayaan asing, yang pada akhirnya akan menyebabkan pengunduran diri pihaknya dari kenyataan kehidupan masyarakat, kembali ke kehidupan mereka yang sudah kuno. Reaksi “progresif”adalah reaksi yang berlawanan dengan”kolot”, reaksi yang menerima unsur-unsur kebudayaan asing.
Contoh-Contoh Akulturasi
1. Kereta Singo Barong (Cirebon)
Kereta Singa Barong, yang dibuat pada tahun 1549, merupakan refleksi dari persahabatan Cirebon dengan bangsa-bangsa lain. Wajah kereta ini merupakan perwujudan tiga binatang yang digabung menjadi satu, gajah dengan belalainya, bermahkotakan naga dan bertubuh hewan burak.
Belalai gajah merupakan persahabatan dengan India yang beragama Hindu, kepala naga melambangkan persahabatan dengan Cina yang beragama Buddha, dan badan burak lengkap dengan sayapnya, melambangkan persahabatan dengan Mesir yang beragama Islam.
Kereta ini dibuat oleh seorang arsitek kereta Panembahan Losari dan pemahatnya Ki Notoguna dari Kaliwulu. Pahatan pada kereta itu memang detail dan rumit. Mencirikan budaya khas tiga negara sahabat itu, pahatan wadasan dan mega mendung mencirikan khas Cirebon, warna-warna ukiran yang merah-hijau mencitrakan khas Cina. Dalam kereta itu, tiga budaya (Buddha, Hindu, dan Islam) digambarkan menjadi satu dalam trisula di belalai gajah.
2. Keraton Kasepuhan Cirebon
Bangunan arsitektur dan interior Keraton Kasepuhan menggambarkan berbagai macam pengaruh, mulai dari gaya Eropa, Cina, Arab, maupun budaya lokal yang sudah ada sebelumnya, yaitu Hindu dan Jawa. Semua elemen atau unsur budaya di atas melebur pada bangunan Keraton Kasepuhan tersebut.
Pengaruh Eropa tampak pada tiang-tiang bergaya Yunani. Arsitektur gaya Eropa lainnya berupa lengkungan ambang pintu berbentuk setengah lingkaran yang terdapat pada bangunan Lawang Sanga (pintu sembilan). Pengaruh gaya Eropa lainnya adalah pilaster pada dinding-dinding bangunan, yang membuat dindingnya lebih menarik tidak datar. Gaya bangunan Eropa juga terlihat jelas pada bentuk pintu dan jendela padabangunan bangsal Pringgondani, berukuran lebar dan tinggi serta penggunaan jalusi sebagai ventilasi udara.
Bangsal Prabayasa berfungsi sebagai tempat menerima tamu-tamu agung. Bangunan tersebut ditopang oleh tiang saka dari kayu. Tiang saka tersebut diberi hiasan motif tumpal yang berasal dari Jawa.
Pengaruh arsitektur Hindu-Jawa yang jelas menonjol adalah bangunan Siti Hinggil yang terletak di bagian paling depan kompleks keraton. Seluruh bangunannya terbuat dari konstruksi batu bata seperti lazimnya bangunan candi Hindu. Kesan bangunan gaya Hindu terlihat kuat terutama pada pintu masuk menuju kompleks tersebut, yaitu berupa gapura berukuran sama atau simetris antara bagian sisi kiri dan kanan seolah dibelah.
Pada dinding kiri dan kanan bangsal Agung diberi hiasan tempelanporselen dari Belanda berukuran kecil 110 x 10 cm berwarna biru (blauwe delft) dan berwarna merah kecoklatan. Pada bagian tengahnya diberi tempelan piring porselen Cina berwarna biru. Lukisan pada piring tersebutmelukiskan seni lukis Cina dengan teknik perspektif yang bertingkat.
Secara keseluruhan, warna keraton tersebut didominasi warna hijau yang identik dengan simbol Islami. Warna emas yang digunakan pada beberapaornamen melambangkan kemewahan dan keagungan dan warna merah melambangkan kehidupan ataupun surgawi. Bangunan Keraton Kasepuhan menyiratkan perpaduan antara aspek fungsional dan simbolis maupun budaya lokal dan luar. Mencerminkan kemajemukan gaya maupun kekayaan budaya bangsa Indonesia.
3. Barongsai
Kesenian Barongsai, yang awalnya berasal dari Kebudayaan Tionghoa, kini telah berakulturasi dengan kesenian lokal.

Etnosentrisme
Etnosentrisme berarti penilaian terhadap kebudayaan lain atas dasar nilai, dan standar budaya sendiri. Pemahaman seperti ini, dapat menghambat komunikasi antar-budaya. Tiap-tiap kelompok cenderung untuk berpikir bahwa kebudayaan dirinya itu adalah superior (lebih baik dan lebih segalanya) dari pada semua budaya yang lain, inilah yang disebut dengan etnosentrisme.
Mengutip pendapat Abdulah S yang ditulis Ishomuddin, dkk, dalam Pembangunan Sosial Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEN , etnosentrisme bisa terjadi ketika sebuah kalangan dari suku atau bangsa menerapkan pandangan subjektif (tidak kritis) terhadap kelompok lain, bahkan menganggap bahwa dirinya dengan segala yang dianutnya memiliki keunggulan (superioritas). Tidak jarang, mereka yang telah memiliki sikap etnosentrisme yang biasa disebut egosentrisme ini akan merasa tinggi derajatnya dibanding orang-orang bersuku lain di sekitarnya. Etnosentrisme membawa seseorang dari sebuah kelompok dengan seluruh budaya yang dimilikinya bisa merasa hebat dan kebudayaan lain hanyalah budaya rendahan yang tidak dapat menandinginya. Tipe-Tipe Etnosentrisme Rustanto dalam Masyarakat Multikultural di Indonesia menjabarkan, ada dua jenis etnosentrisme yang saling berlawanan satu sama lain, yakni fleksibel dan infleksibel. Etnosentrisme fleksibel diartikan sebagai cara seseorang yang bisa belajar cara mengendalikan ego dan persepsi mereka dengan tepat. Dalam menghadapi kenyataan dunia, di mana terdapat banyak suku dan golongan, upaya objektif masih dilakukan ketika memandang seseorang dari kelompok lain.
Contoh dari jenis etnosentrisme fleksibel dapat terlihat dalam pribahasa “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”. Jika seseorang dari Medan misalnya, ketika berbicara mereka akan terkesan keras bagi orang-orang Jawa tengah yang terbiasa halus. Saat orang Jawa pindah tempat tinggal ke Medan, maka ia akan mengerti apa yang memang sudah menjadi kebiasaan di sana. Sebaliknya, jika orang Medan pindah ke Jawa, maka ia juga akan menyesuaikan sendiri bagaimana cara berbicara di tempat barunya. Berlainan dengan fleksibel, etnosentrisme infleksibel dijelaskan sebagai wujud seseorang yang tidak bisa memahami orang dari kelompok lain yang latar belakang budayanya berbeda. Mereka dengan sikap tidak toleransi ini hanya menilai secara subjektif dan berdasarkan kebiasaan di kelompoknya.
Contoh kasus infleksibel ini bisa dilihat dari kasus intoleransi yang terjadi di Indonesia, misalnya, kasus terorisme oleh beberapa orang yang menganggap dirinya lebih unggul dari kelompok lainnya. Tanpa pertimbangan lanjut, mereka dengan mudahnya memasang bom hingga akhirnya meregang nyawa manusia yang tidak bersalah.
Tradisi
Tradisi dalam kamus antropologi sama dengan adat istiadat, yakni kebiasaan-kebiasaan yang bersifat magsi-religius dari kehidupan suatu penduduk asli yang meliputi mengenai nilai-nilai budaya, norma-norma, hukum dan aturanaturan yang saling berkaitan, dan kemudian menjadi suatu sistem atau peraturan yang sudah mantap serta mencakup segala konsepsi sistem budaya dari suatu kebudayaan untuk mengatur tindakan social
Tradisi dalam kamus antropologi sama dengan adat istiadat, yakni kebiasaan-kebiasaan yang bersifat magsi-religius dari kehidupan suatu penduduk asli yang meliputi mengenai nilai-nilai budaya, norma-norma, hukum dan aturanaturan yang saling berkaitan, dan kemudian menjadi suatu sistem atau peraturan yang sudah mantap serta mencakup segala konsepsi sistem budaya dari suatu kebudayaan untuk mengatur tindakan sosial. Sedangkan dalam kamus sosiologi, diartikan sebagai adat istiadat dan kepercayaan yang secara turun temurun dapat dipelihara. Tradisi adalah kesamaan benda material dan gagasan yang berasal dari masa lalu namun masih ada hingga kini dan belum dihancurkan atau dirusak. Tradisi dapat di artikan sebagai warisan yang benar atau warisan masa lalu. Namun demikian tradisi yang terjadi berulang-ulang bukanlah dilakukan secara kebetulan atau disengaja. Lebih khusus lagi, tradisi dapat melahirkan kebudayaan dalam masyarakat itu sendiri. Kebudayaan yang merupakan hasil dari tradisi memiliki paling sedikit tiga wujud, yaitu:
a. wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilainilai, norma-norma, peraturan (ideas)
b. wujud kebudayaan sebagai sebagai kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat (activities)
c. wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia (artifact)

Ras dan Etnik
Ras adalah kategori individu yang secara turun temurun memiliki ciri-ciri fisik dan biologis tertentu yang sama. Sebuah ras seharusnya mencerminkan materi genetik bersama (diwariskan dari satunenek moyang), tapi pengamat awal malah menggunakan sifat phenotypical (biasanya warnakulit) untuk klasifikasi ras.
Etnik Sedangkan etnik menurut Marger are groups within a larger society that display a unique set of cultures traits. Jadi, dalam kajian etnik lebih menekan kan sebagai kelompok sisial bagian dari ras yang memiliki ciri-ciri budaya yang sifatnya unik.
Etnik juga berarti kelompok sosial dalamsistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karenaketurunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Anggota-anggota suatu kelompok etnikmemiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan ataupuntidak), sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi

Stereotip
Stereotip (stereotype) adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu stereos yang berarti solid dan tupos yang berarti citra atau kesan. Suatu stereotip mulanya adalah suatu rencana cetakan yang begitu terbentuk sulit diubah.
Menurut Fred E. Jandt, dalam bukunya yang berjudul Intercultural Communication: An Introduction bahwa stereotip merupakan salah satu penghambat terjadinya komunikasi antarbudaya. Stereotip adalah persepsi terhadap seseorang berdasarkan kelompok mana orang itu dikategorikan atau berdasarkan keyakinan tertentu.

Kekerabatan
Menurut Malinowski, keluarga atau kekerabatan merupakan suatu institusi domestik yang bergantung pada afeksi. Selain itu, konsep kekerabatan juga ingin menegaskan bahwa tujuan dari keluarga adalah membesarkan anak.
Sistem kekerabatan merupakan sistem keturunan yang dianut suku bangsa tertentu berdasarkan garis ayah, ibu, atau keduanya. Dalam buku Pengantar Antropoligi: Sebuah Ikhtisar Mengenal Antropologi (2019) oleh Gunsu Nurmansyah dan teman-teman, sistem kekerabatan adalah keturunan dan pernikahan. Hubungan kekerabatan adalah salah satu prinsip dalam mengelompokkan individu ke kelompok sosial, peran, kategori, dan silsilah.

Magis
Konsep magis menurut seorang pendiri antropologi di Inggris E.B Tylor dalam Primitive Culture (1871) merupakan ilmu pseudo dan salah satu khayalan paling merusak yang pernah menggrogoti umat manusia.
Menurut antropolog J.G Frazer, dalam karyanya yang berjudul Golden Bough, magis berarti penerapan yang salah dalam dunia materiil. Dunia materiil ini mendukung adanya pemikiran terkait dunia yang semu. Magis sering dikatakan erat hubungannya dengan sihir, kata tersebut semula berarti imam, sehingga aneh sekali bila magis berhubungan dengan sihir sebab sihir termasuk perbuatan yang sangat tidak baik. Namun magis justru berarti ilmu sihir. Sebenarnya menurut kepercayaan masyarakat primitif pengertian magis lebih luas daripada sihir, karena yang dikatakan magis menurut kepercayaan mereka adalah suatu cara berfikir dan suatu cara hidup yang mempunyai arti lebih tinggi daripada apa yang diperbuat oleh seorang ahli sihir.

Tabu
Istilah tabu berasal dari bahasa Polinesia yang berarti terlarang. Secara spesifik, apa yang dikatakan terlaranag adalah persentuhan antara hal-hal duniawi dan hal yang keramat, termasuk yang suci (misalnya, persentuhan dengan ketua suku) dan yang cemar (mayat).
Pantangan atau pantang larang adalah suatu pelarangan sosial yang kuat terhadap kata, benda, tindakan, atau orang yang dianggap tidak diinginkan oleh suatu kelompok, budaya, atau masyarakat. Tindakan Tabu atau pantangan ini di masyarakat Sunda dikenal dengan sebutan pamali. Pelanggaran tabu biasanya tidak dapat diterima dan dapat dianggap menyerang.

Perkawinan
Secara umum, konsep perkawinan mengacu pada konsep formal pemaduan hubungan 2 (dua) individu yang berbeda jenis dan dilakukan secara seremonial-simbolis, serta semakin dikaraterisasi oleh adanya kesederajatan, kerukunan, dan kebersamaan dalam hidup berpasangan. Di sebagian besar tradisi, perkawinan juga dimaknai sebagai proses institusi sosial dan wahana untuk mengembangkan keturunan.
Antropolog memandang perkawinan sebagai pelebaran menyamping tali ikatan antara dua kelompok himpunan yang tidak bersaudara atau pengukuhan keanggotaan di dalam satu kelompok endogen bersama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ETIKA DAN PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN SDM Kupas tajam ETIKA DAN PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN SDM Bersama Ibu Serepina Tiur Maida, S,Sos., M.Pd., M.I.Kom.

ETIKA DAN PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN SDM Kaji dalam : 1).Komunikasi                     : 2).Etika                     : 3).Kepribadian 1.Konsep dasar Harold D. Lasswell    Proses komunikasi adalah dengan menjawab beberapa pertanyaan yaitu who says what in which chanel tho whom with what effect (siapa mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa) Tujuan komunikasi :    1).Informing    2).Persuading    3).Collaborating Memahami sikap individu/kelompok :   - Tubuh bicara Wajah berkata    1).Jangan menggunakan tekanan suara atau ekpresi wajah yang bertentangan dengan kata-kata yang anda gunakan     2).Anda harus mengontrol nya dengan cermat pada saat berkomunikasi dengan orang lain. Fungsi komunikasi yang efektif :    1).Membentuk hubungan & menjaga hubungan baik    2).Mengubah sikap & perilaku    3).Menyampaikan pesan & informasi    4).Membangun citra diri    5).Jalan menuju sukses Gunakan semua bagian tubuh untuk berkomunikasi,dari perkataan sampai gerakan,

KUPAS TAJAM ANTROPOLOGI BERSAMA IBU SEREPINA TIUR MAIDA, S.Sos., M.Pd., M.I.Kom

KUPAS TAJAM ANTROPOLOGI BERSAMA IBU SEREPINA TIUR MAIDA, S.Sos., M.Pd., M.I.Kom                                            Nama Jamaludin Hidayat                 NIM 213300040050  Fakultas Hukum Universitas Mpu Tantular Saya Jamaludin Hidayat, sebelumnya saya ingin menjelaskan sedikit materi Antropologi bersama Ibu Serepina Tiur Maida, S.Sos., M.Pd., M.I.Kom. Di Pertemuan Pertama Kali di semester 2 ini, dengan merangkum materi yang di berikan kepada Mahasiswa, untuk mengetahui sejauh mana Mahasiswa mehami Antropologi, dan kurang lebihnya materi yang sampaikan sebagai pemahaman diri saya sendiri terhadap Antropologi sehingga dapat dibaca oleh kalangan Millenials dan banyak orang. PENGERTIAN ANTROPOLOGI         Berasal dari Bahasa Yunani antropos, yang artinya “manusia atau orang”, dan logos yang artinya studi (ilmu). Jadi Antropologi merupakan disiplin yang mempelajari manusia berdasarkan rasa ingin tahu yang tiada henti – hentinya. Merupakan suatu cabang ilmu s